Sabtu, 03 Mei 2014

Laporan KKL PG madukismo dan UPT BPTTK LIPI yogyakarta


                                                                   LAPORAN  KKL

Pabrik Gula Madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Pabrik Gula Madukismo dan UPT BPPTK LIPI yogyakata pada tanggal 15-17 April 2014.

















Disusun oleh :
Maria kusuma (13620014)
Husnun nadhiroh (13620029)
Suci ami ani (13620031)
Rudini (13620035)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN 2013-2014










LEMBAR  PENGESAHAN



Judul   :  Laporan KKL Pabrik Gula Madukismo dan UPT BPPTK LIPI yogyakarta

Nama :
1.       Rudini
2.      Husnun nadhiroh
3.      Suci ami ani
4.      Maria kusuma










Malang, 3 mei 2014

Menyetujui,

Pembimbing                                                                                           Mahasiswa,                                                 



Holifah kholil,M.SI                                                                                  RUDINI               
NIP.                                                                                                    NIM.13620035



Disahkan oleh,




P.G Madukismo                                 UPT BPPTK LIPI                   Ketua Jurusan               











KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbilalamin, Segala Puji Bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Lapangan kami dengan lancar dan tanpa kendala satu apapun.
Sebagaimana diketahui bahwa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tercantum dalam Kurikulum Jurusan Biologi yang terdapat pada salah satu mata kuliah Tekhnik Instrumentasidi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Kuliah Kerja Lapangan merupakan kegiatan keilmuan dalam rangka mengumpulkan data dilapangan, dan salah satu usaha untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan melalui kegiatan empiris dilapangan. Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban tersebut, maka kami membuat sebuah Laporan yang didalamnya tercatat hasil pengamatan kami dilapangan tentang obyek yang dikunjungi dan diamati.
Tersusunnya Laporan ini tentunya mendapat dukungan dari berbagai pihak, sehingga kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing lapangan kami Ibu Kholifah Holil M.Si, dr.h Tyas Pramesti dan Ainun Nikmatil Layli M.Si. Serta para pemandu (guide) di berbagai obyek studi yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. ”Tiada Gading yang tak retak” itulah kata pepatah begitupun dalam penyusunan laporan ini tentunya masih ditemui banyak kesalahan, karena itu kehadiran saran, kritik dan pendapat diharapkan adanya demi terwujudnya laporan yang lebih baik. Akhir kata Billhifissabililhaq fastabiqulkhaerat
Wassalamualaikum Wr. Wb
Malang, 3Mei 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………………..
LembarPengesahanPembimbing………………………………………………….
Kata Pengantar……………………………………………………………………..
Daftar Isi…………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
1.1          LatarBelakang…………………………………………………..1
1.2          Rumusan Masalah………………………………………………2
1.3          Tujuan………………………………………………………….2
1.4          KegunaanLaporan KKL………………………………………..3
1.5          KerangkaPemikiran…………………………………………….3
1.6          Metode Penelitian Dalam Pelaporan KKL……………………..4
1.7          Lokasi danWaktu KKL………………………………………...4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
                        2.1 Madukismo………………………………………………………..5
                        2.2 UPT BPPTK ……………………………………………………..6
BAB III OBYEK KKL
                                    3.1 PabrikGulaMadukismo…………………………………………10
                                    3.2 UPT BPPTK LIPI Gunung Kidul………………………………10
BAB IV PEMBAHASAN
                        4.1 Pabrik Gula Madukismo………………………………………….13
4.1    UPT BPPTK LIPI Gunung kidul            ……………………………....22
BAB V PENUTUP
                        5.1 Kesimpulan………………………………………………………..36
                        5.2 Saran………………………………………………………...........38
LAMPIRAN





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memeliki tanah subur dan beragam sumber daya alam yang sangat melimpah dan bermanfaat bagi masyarakatnya dalam memanfaatkan lahan-lahan tersebut, masyarakat banyak bermata pencaharian bertani dan berkebun, oleh karena itu nyaris semua etnis di Indonesia hingga sekarang masih merupakan masyarakat dengan kebudayaan agraris atau berpengaruh kuat oleh kebudayaan ini meskipun juga banyak yang berkecimpung di bidang industry dan jasa, sehingga pemerintah Indonesia tergerak untuk menumbuhkan pabrik-pabrik dan lembaga-lembaga yang memberikan pelatihan kepada masyarakat seperti Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BPPTK LIPI) yang ada diyogyakarta.
Di Yogyakarta banyak pabrik-pabrik yang mengolah hasil perkebunannya untuk dijadikan bahan baku bagi pabrik-pabrik tersebut, salah satunya adalah pabrik gula madukismo, pabrik gula madukismo didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang didirikan pada tahun 1995 dan pabrik gula madukismo merupakan pabrik gula tertua yang ada di Indonesia.
Di Yogyakarta juga terdapat balai yang memberikan pelatihan kepada masyarakat dalam pelatihan pengolahan pangan yaitu Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesiadisingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, Balai ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).Balai ini sanagat diarahkan pada pengembangan tekhnologi pengolahan pangan, hal iini sangat sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia, karena Indonesia sendiri memiliki banyak makanan khas contohnya adalah Nasi gudeg yang dimiliki oleh daerah yoyakarta sendiri.
1.2  Rumusan masalah
1)      PG.Madukismo
1)    Bagaimana sejarah P.G Madukismo….?
2)    Bagaimana Proses pembuatan tebu oleh P.G Madukismo….?
2)      UPT BPPTK LIPI
1)    Bagaimana sejarah UPT BPPTK LIPI Yoyakarta....?
2)    Apa Manfaat UPT BPPTK LIPI yang ada di Yogyakarta Bagi masyarakat yogyakrta sendiri…?
1.3 Tujuan
1.      P.G Madukismo
1)    Untuk mengetahui sejarah P.G Madukismo
2)    Untuk Mengetahui proses pembuatan tebu oleh pabrik gula Madukismo.
2.      UPT BPPTK LIPI
1)      Untuk mengetahui sejarah UPT BPPTK LIPI Yogyakarta
2)      Untuk mengetahui manfaat UPT BPPTK LIPI yang ada di Yogyakarta bagi masyarakat Yogyakarta sendiri.
1.4  Kegunaan Laporan
Kegunaan laporan kuliah kerja lapangan ini adalah :
1)      Memberikan pengetahuan pada masyarakat luas tetang proses pembuatan gula oleh pabrik gula mdukismo yogyakarta.
2)      Memberikan pengetahuan pada masyarakat luas tenteng jenis tebu yang dapat diproses menjadi gula oleh Pabrik gula madukismo Yogyakarta.
3)      Memberikan pengetahuan pada masyarakat luas tentang adanya balai pelatihan pengembangan tekhnologi dalam bidang pengolahan pangan yang dapat mengawetkan makanan tanpa bahan pengawet, yaitu UPT BPPTK LIPI Yogyakrta.

1.5  Kerangka Pemikiran
Kerangka penelitian dalam laporan kuliah kerja lapangan (KKL) ini adalah:
1.         Observasi lapangan
2.         Tri Darma Perguruan tinggi
3.         Tugas matakuliah Teknik Instrumentasi Jurusan Biologi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

1.6  Metode penelitian dalam pelaporan KKL
Metode penelitian yang di gunakan dalam laporan kuliah kerja lapangan (KKL) ini adalah dengan tekhnik pengumpulan data, Tekhnik pengumpulan data yang di gunakan dalam dalam penelitian ini adalah :
1)             Observasi, yaitu cara menghimpun data dengan melakukan observasi di Pabrik gula madukismo dan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta.
2)             Studi pustaka, yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan cara mencari referensi yang berhubungan dengan obyek KKL yang di bahas.
1.7  Lokasi dan Waktu KKL
Lokasi Kuliah Kerja Lapangan(KKL) di lakukan di dua tempat yaitu :
1.      Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta yang di lakukan pada tanggal 16 April 2014 pukul 08.00 WIB.
2.      Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( UPT BPPTK LIPI) Yogyakarta yang di lakukan pada tanggal 17 Apri 2014 pukul 08.00 WIB.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MADUKISMO
Pabrik Gula  Madukismo adalah satu pabrik Gula  dan  Alkohol/Spirtus  di Propinsi  DIY.Pabrik ini mengemban  tugas untuk  mensukseskan  program pengadaan  pangan  Nasional, khususnya gula pasir. Pabrik gula dan Alkohol/Spirtus Madukismo terletak di Kalurahan irtonimolo,  Kecamatan Kasihan,  Kabupaten  Bantul, Propinsi  Daerah
Istimewa  Yogyakarta. Perusahaan  ini  merupakan bentuk  dari  Perseroan Terbatas (PT), yang berdiri pada tanggal 14 Juni 1955, dan diberi nama PT. Madu Baru. Yang kemudian dibagi menjadi dua pabrik yaitu Pabrik Gula (PG Madukismo) dan Pabrik Alkohol/Spiritus (PS Madukismo). Apabila Anda berkunjung di Pabrik Gula Madukismo, Anda akan disambut dengan nuansa era industri. Sebuah bangunan besar berusia tua dengan halaman luas, mesin-mesin kuno serta rel-rel kereta yang menjadi jalan kereta pengangkut tebu akan menyapa dan menguatkan kesan itu.
Pengunjung  bisa merasakan nuansa perjalanan dengan kereta seperti kembali pada masa lampau ketiaka berada di dalam gerbong yanag ditarik oleh lokomotif tua bermesin diesel buatan Jerman. Kereta tersebut akan  mengantar menuju  areal pabrik melewati rel-rel tua dan perkebunan yang ada di dekat pabrik.
Setelah  turun dari  kereta,  Anda dapat langsung  menuju lokasi  Pabrik  Gula Madukismo. Pada bulan bulan tertentu, Pengunjung dapat langsung melihat produksi  gula melewati  tahap pemerahan  nira  untuk mendapatkan  sari  gula, pemurnian nira  dengan  sulfitasi, penguapan  nira,  kristalisasi, puteran  gula,  dan pengemasan.  Sambil mencermati  proses  produksinya, Pengunjung  juga  bisa melihat mesin-mesin tua yang menjadi alat produksi di pabrik ini.
Keluar dari lokasi produksi gula dapat ditemui Pabrik Spiritus Madukismo  yang terletak  di  sebelah barat  pabrik  gula. Di  pabrik  yang berdiri di  pada  tahun yang  sama  dengan pabrik  gula  ini,  pengunjung  juga bisa melihat seluruh proses produksi spiritus yang meliputi tahap pengenceran bahan  baku,  peragian atau  fermentasi  dan penyulingan.  Spiritus  dan produk alkohol  lainnya  yang dihasilkan  oleh  pabrik ini  diolah  dari tetes tebu, hasil samping produksi gula.
2.2 UPT BPPTK  LIPI
Teknologi pengalengan, UPT- LIPI Yogyakarta berhasil memproduksi sayur kemasan kaleng dengan masa simpan 2 tahun tanpa bahan pengawet.Aneka sayuran atau gudeg kini bisa diekspor keluar negeri tanpa takut basi.Sebuah langkah inovatif memberi nilai tambah pada makanan lokal untuk bersaing di pasar global.
Semua sayur yang bersantan pastilah tidak dapat bertahan lama atau cepat basi.Kalau mau disimpan paling lama hanya 24 jam, itu pun harus segera dipanaskan untuk menjaga agar masih layak dikonsumsi.Kini dengan teknologi yang dihasilkan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, di Desa Gading, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, aneka sayur yang berkuah santan dapat bertahan 2 tahun masa simpan dalam kemasan kaleng.
Menurut Ir. Mukhamad Angwar salah seorang peneliti yang terlibat dalam program kreatif ini, pihaknya sudah membuat produk dengan izin edar dari BPOM untuk beberapa jenis masakan seperti: Mangut Lele, Gudeg, Tempe Kari, dan Sayur Lombok Ijo yang dikemas dalam kaleng dengan merek produk “Gading”.
Pematangan dan penyempurnaan teknologi pengawetan sayur bersantan ini sudah dilakukan dalam laboratorium riset sejak tahun 2005. Proses pengalengan agar sayur awet adalah dengan cara meminimalisir kontak udara dalam proses pengepakan. Hasilnya, makanan ini tidak basi meski tidak dibubuhi bahan pengawet.
Gudeg serta aneka sayur kalengan seperti ini diharapkan dapat mengurangi peredaran makanan berbahan pengawet kimia yang dapat merugikan kesehatan manusia.Saat ini, UPT BBPK LIPI Yogyakarta mampu memroduksi 100 kaleng gudeg per hari. Proses produksinya didukung 6 orang tenaga kerja. Pemasaran dan distribusinya dilakukan oleh Koliga (Koperasi LIPI Gading) yang beralamatkan di tempat yang sama dengan kantor UPT BPPK LIPI Yogyakarta.
“Kendala pemasaran sangat dirasakan dalam memperkenalkan produk ini, karena sampai sekarang belum ada investor yang berminat. Saat ini pemasaran masih sebatas pesanan atau by order dengan minimal pesanan 100 kaleng . Kemasan kaleng 250 gr dijual dengan harga antara Rp 7.000 sampai dengan Rp 12.000 tergantung jenis produknya,” terang Angwar.
Meski pasar dalam negeri belum antusias merespon produk ini, Koliga sudah go international dalam menjual sayur kalengan ini. Dr. Jonathan Agranoff, seorang dokter pada sebuah rumah sakit di Inggris, secara rutin memesan Sayur Tempe bumbu Kari kaleng kemasan 250 gr. Ia memberikan tempe kari kepada pasiennya sebagai makanan terapi kanker. Lantaran terbukti memberikan hasil yang baik, maka permintaan meningkat dari 2.000 kaleng menjadi 6.000 kaleng/ bulan,” tambah Angwar.
Setiap kaleng dihargai 3 poundsterling atau sekitar Rp 48.000. Jadi bila dihitung, total penjualan setiap bulan yang diterima dari dokter tersebut sebesar Rp 96 juta / bulan.
Dengan produksi sayur kemasan kaleng seperti ini sangatlah terbuka peluang usaha kuliner tanpa harus mempunyai rumah makan.Produk ini cocok untuk bekal jalan-jalan, pergi haji, dan juga oleh-oleh karena kemasannya sangat praktis.Nah, para penggemar sayur berkuah santan tidak perlu khawatir.Kapan pun dan dimana pun kita berada dapat menikmati kelezatannya dengan tersedianya masakan tersebut dalam kemasan kaleng yang praktis dan ekonomis.
Sebagai sasaran pasar yang dibidik yaitu kalangan menengah ke atas.Untuk pemesanan dikenakan jumlah minimal sebanyak 100 kaleng.
Di pasar domestik, penjualan sayur kaleng tersebut baru merambah 2 pasar modern di Yogyakarta, yaitu Mirota dan Pamela Swalayan.Sementara di Bandung bekerjasama dengan pusat oleh-oleh Karya Umbi.Diharapkan jaringan super market modern juga membuka kesempatan untuk bekerjasama dengan produsen sayur kaleng ini.















BAB III
OBYEK KKL
3.1 Pabrik Gula Madukismo
              Madukismo merupakan industri gula yang terkenal di Jogjakarta.Tebu merupakan bahan mentah yang di proses  dalam berbagai macam produk,sgula pasir seperti,yang dihasilkan adalah MK yang berupakan singkatan madu kismo,yang berarti madu itu manis dan kismo adalah tanah. Disanan gula pasir diproduksi kurang lebih 270 ton.Di produksi pada bulan Mei sampai bulan Oktober.
3.2 UPTK BPPTK LIPI
LIPI  adalah balai pengembangan ilmu pengetauan  yang di bangun pada tahun 1994. Yang terdiri dari 62 pegawai.Disana berbagai produk yang telah di hasilkan diantaranya:tepung BMC tempe,gudeg kaleng,mangut lele kaleng dan lemofit.
Disana terdapat beberapa laboratorium diantaranya:
1.      Ruang produksi
Di,dalam ruang produksi kita di perkenalkan dengan alat-alat dan proses pengalengan,namun sayang sekali kami tidak bisa masuk dalam ruangan tersebut,karena untuk menjaga kesterilan alat-alat tersebut. Sebagaian alat-alat pengalengan diantaranya: Autoklaf,digunakan untuk mensterilkan kaleng, simer sebagai alat penutup kaleng dan Haxesing digunakan untuk penghampaan proses gudeg pucetro. Teknik pengalengan ada dua macam yaitu: panas dan hampa udara.
Pada saat pengalengan nilai gizi tidak berubah,dari kemasan aslinya.Pada saat pengalengan rasa masakan harus asin atau pedas supaya tetap ada rasa dalam pengalengan. Kndungan nilai gizi dari proses yang segar dan yang dikalengkan tetap sama. Pada saat proses pemasakan,cara membawa bahan harus dalam box dan ditutupi aluminium foil dari UKM dan dalam ruangan ber-AC. Selanjutnya proses karantina dalam suhu kamar dalam menggunakan rak,filling dilakukan selama 2-3 jam,dalam ruangan terdapat maksimal 12 karyawan. Kaleng yang digunakan berukuran 250 gr.
2.         Laboratoriun Kimia Analisa
 Laboratoriun kimia analisa yaitu digunakan untuk analisis protein,kadar air,kadar apu,lemak kasar,serat kasar dan protein kasar.
3.    Ruang Sabun
Sabun yang diproduksi adalah sabun yang trasnparan. Bahan dasar dari  pembuatan sabun ini yaitu: minyak kelapa, kostik soda, pewangi (alkohol). Sabun ini terdiri asam lemak (minyak kelapa) dan basah kuat (NaOH). Sabun ini mempunyai berbagai jenis ras yaitu: sirih, bengkuang dan mengkudu. Proses pembuatan ini berlangsung kurang lebih dalam 1 kg sabun selama 2 jam. Sabun ini merupakan anti septik yaitu tidak rusak dan tidak berbahaya bagi pengguna.Sabun ini mempunyai ph 9-10.Sabun ini mempunyai tambahan blipropilin-glikogen dan ditambahi gliserol yang befungsi dapat membuat kulit kering.Takaran campuran pembuatan yaitu 10 % supaya tidak lemebek.

















BAB 1V
PEMBAHASAN

4.1  Pabrik Gula Madukismo
4.1.1        Sejarah Pabrik Gula Madukismo
Sebelum perang dunia ke dua di Yogyakarta terdapat beberapa pabrik gula seperti di cebongan, gesika, ganjuran, wonopati, pundong, jambang, dan demak ijo, tetapi semua ini pabrik kecil di bumi hanguskan pada perang dunia II.
Pabrik gula madukismo oleh pemerintah di pertahankan dan mulai di perbaiki pada tanggal 14 juni 1955, pembangunan pabrik ini di tangani oleh kontraktor Machine Pabrik Sangerhausen dari jerman timur,pembangunan pabrik tersebut merupakan hasil kerjasama antara P3G(Panitia pendiri pabrik gula) dengan pemerintah DIY.kemudian di bentuk BP3(Badan pelaksana perusahaan perkebunan) yang akhirnya menjelma menjadi YAKTI(yayasan kredit tani). Hal ini atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang memikrkan agar hasil pendapatan peetani daerah meningkat dan untuk memperluas lapangan kerja.
Tangga 29 mei 1958 pabrik tersebut di resmmikan oleh Presiden RI Ir. Soekarno, mulai tahun 1958 pabrik mulai beroperasi dengan kapasitas 1500 ton per hari. Pada tahun 1958 itu pula YAKTI akhirnya menjadi sebuah perseroan terbatas dengan nama PT. Madubaru.
Tahun 1984 P2G madubaru mengadakan kontrak manajemen dengan PT> Rajawali Nusantara Indonesia (BUMN Departemen RI) selama 10 tahun. Kontrak manajemen 10 tahun kedua pada tanggal 1 april 1994 sampai dengan 31 maret 2004. Selain itu dalam operasionalnya PT. Madubaru di bantu seenuhnya oleh ahli-ahli dari PT.IMACO yang merupakan bagian dari PT. Rajawali Nusantara Indonesia.

4.1.2        Letak dan status PG. Madukismo
Pabrik gula madukismo teletak di desa padokan, tirtonomolo, kecamatan kasihan, kabupaten bantul yang berjarak ±5km sebela barat daya kota Yogyakarta. Komplek PG madukismo terdiri atas bangunan pabrik, lapangan olahraga, perumahan karyawan yang di bangun pada tahun 1955di atas tanha seluas 21,8 ha.
Pemilihan tempat dan lokasi pabrik tersebut mempnyai alasan-alasan sebagai berikut :
1)      Jarak antara desa padokan dengan kota Yogyakarta relative dekat. Sehingga menguntungkan
2)      Mudah mendapatkan bahan baku karena dekat dengan lahan yang berpotensi untuk di Tanami tebu.
3)      Tidak dekat dengan keramaian kota dan aktivitas kota
4)      Memungkinkan untuk usaha perluasan pabrik.
5)      Banyak tenaga kerja yang terdidik  di daerah DIY.
4.1.3        Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Madu Baru adalah struktur organisasi fungsional yaitu system organisasi yang wewenang pimpinan dilimpahkan kepada bagian-bagian organisasi yang ada di bawahnya dalam bidang kerja tertentu.Pimpinan tiap bidang berhak memerintah semua pelaksana yang ada sejauh masih ada pada bidang kerjanya.Pimpinan tertinggi dipegang oleh direksi yang mempunyai bawahan langsung yaitu General Manager(Administratur). Dalam pelaksanaan tugasnya administratur dibantu oleh 4 orang Kepala Bagian yaitu: Kabag. Tanaman, Kabag. Pabrikasi, Kabag. Instalasi dan Kabag. Spiritus dan Alkohol,Masing-masing jabatan memiliki tugas dan tanggung jawab. Fungsi dan tugas masingmasing jabatan adalah sebagai berikut:
1.  Dewan Komisaris

a)      Mengawasi jalannya perusahaan dan kebijaksanaan yang diambil dalam operasional perusahaan
b)      Komisaris berhak memeriksa pembukuan, surat dan alat bukti lainnya.
c)      Memeriksa dan mencocokkan keadaan uang kas dan lain-lain
2.  Direktur
a)    Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan termasuk keputusandan kebijakan yang telah ditetapkan oleh dewan direksi.
b)   Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi
c)    Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.
3.  General Manager (Administratur)
a)    Menetapkan strategi untuk mencapai sasaran perusahaan.
b)   Melaksanakan kebijakan dan pedoman penyusunan anggaran tahunan.
c)    Merumuskan kegiatan-kegiatan dalam koordinasi kegiatan kepala bagian dan unit-unit organisasi yang ada di bawahnya.
d)   Mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.

4.  Kepala Bagian Pemasaran
a)    Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang pembelian dan penjualan
b)   Bertanggung jawab terhadap administratur.
5.  Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan
a)    Bertanggung jawab terhadap administratur di bidang keuangan perusahaan dan pengadaan barang.
b)   Mengkoordinir administrasi tebu rakyat dan timbangan tebu.
c)    Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang keuangan, anggaran dan biaya produksi serta kegiatan penjualan.

6.  Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM)
a)    Mengkoordinasi penyediaan tenaga kerja bagian produksi dan bagian lainnya.
b)   Memberi pelatihan kepada pegawai.
c)    Bertanggung jawab kepada kepala administrasi dan keuangan di bidang umum
d)   Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang penggunaan kendaraan.
e)    Mengkoordinir dan memimpin kegiatan di bidang keamanan

7.    Kepala Bagian Tanaman
a)    Bertanggung jawab kepada direktur di bidang tanaman (penyediaan tebu).
b)   Mengkoordinir rencana penyesuaian areal tanaman untuk periode mendatang
c)    Menyusun komposisi tanaman mengenai luas, letak, masa tanam dan jenis varietas sehingga penyediaan bahan baku selama musim giling dapat tersedia secara berkelanjutan
d)   Mengawasi dan mengadakan evaluasi pembiayaan pada bidang tanaman, tebang dan angkut
e)    Merencanakan kebun-kebun percobaan dan penelitian
8.    Kepala Bagian Pabrikasi
a)    Bertanggung jawab kepada direktur di bidang pabrikasi
b)   Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bagian pabrikasi
c)    Meningkatkan efisiensi proses dan menjaga kualitas produk (gula).


9.    Kepala Bagian Instalasi

a)    Bertanggung jawab kepada direktur di bidang instalasi atau mesin.
b)   Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan di bagian instalasi.
c)    Meningkatkan efisiensi kerja alat produksi untuk kelangsungan proses.









4.1.4        Proses pembuatan Gula
Bahan baku utama untuk pengo1ahan gula di PG Madukismo adalah tebu. Sementara bahan bantunya adalah Ca(OH)2, SO2, flokulan, NaOH, Na3PO4, dan air imbibisi. Proses pengolahan tebu menjadi gula membutuhkan energi yang cukup besar. Sebagai penghasil tenaga uap digunakan 5 buah ketel pipa air New Mark dengan kapasitas 16 ton / jam masing-masing 440 m2 dengan tekanan kerja 15 Kg/cm2 dan satu buah ketel Chen-chen kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk menggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan menguapkan nira dalam pan penguapan, serta untuk pembangkit tenaga listrik. Sebagai bahan bakar dipakai ampas tebu yang mengandung kalori sekitar 1.800 Kal/Kg dan kekurangannya ditambah dengan kayu bakar dan BBM. Secara umum proses pengolahan tebu menjadi gula pasir melalui tahapan sebagai berikut :
4.1.4.1 Pemanenan
Tebu yang berkualitas baik untuk pembuatan gula harus dijaga saat pemanenan.Penebang secara manual, hasilnya lebih baik dibandingkan dengan mesin tebu.Penebangan meliputi seluruh bagian tebu.Bagian pucuk dan daun tebu di buang dan hanya batang tebu yang digunakan karena yang menggandung sukrosa adalah batang tebu. Setelah itu dikumpulkan dan segera dikirim ke pabrik sebelum rusak sukrosa yang terkandung karena proses kimia, mikroba,dll.
4.1.4.2 Pemerahan Nira
Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi) untuk dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah) melalui alat-alat berupa Unigrator Mark IV dan Cane Knife digabung dengan 5 gilingan, masing-masing terdiri atas 3 rol dengan ukuran 36"x 64". Jumlah ampas yang diperoleh sekitar 35 % tebu dan digunakan untuk bahan bakar stasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke bagian pemurnian untuk diproses lebih 1anjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan sanitasi di stasiun gilingan.
4.1.4.3 Pemurnian Nira
Pemurnian nira dilakukan dengan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan pada suhu 70 – 75oC, direaksikan dengan susu kapur dalam Defekator, dan diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi sampai pH 7.0. Kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100 – 105oC.Kotoran yang dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (DoorClarifier) dan disaring menggunakan Rotary Vacuum Filter (alat penapis hampa).Endapan padatnya (blotong) bisa digunakan sebagai pupuk organik.Kadar gula dalam blotong ini di bawah 2.0 %.Nira jernihnya dikirim ke stasiun penguapan.
4.1.4.4 penguapan Nira
Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem multiple effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian. Nira encer dengan padatan terlarut 16 % dapat naik menjadi 64 % dan disebut nira kental, yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasi atau stasiun masakan. Total luas bidang pemanas adalah 5.990 m2. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO2 sebagai bleaching/pemucatan, dan siap untuk dikristalkan.


`4.1.4.5 Kristalisasi gula
Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam Pan Kristalisasi sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu A-C-D dimana gula A sebagai produk, gula C dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan dengan menggunakan uap dengan tekanan di bawah atmosfer dengan vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya hanya 650 C, jadi sakarosa tidak rusak akibat kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan (stroop). Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu didinginkan dalam palung pendingin (kultrog).

4.1.4.6 Stasiun sentrifugasi
Pada stasiun putaran dilakukan pemutaran yang bertujuan memisahkan gula kristalnya dari stroop, klare dan tetes.Pemutaran tersebut menggunakan mesin pemisah (centrifuge) yang terdiri dari basket berdinding saring yang berputar. Alat ini bekerja dengan gaya sentrifugal. Hasil sentrifugasi adalah kristal gula (belum kering dan masih berwarna merah/belum murni) dan molase (tetes tebu). Kristal gula yang berwarna merah ini disebabkan adanya lapisan tipis tetes yang masih tertinggal pada permukaan Kristal sukrosa. Kristal gula ini masih membawa kotoran, untuk membersihkannya dapat dilakukan dengan cara membasahi kristal gula dengan larutan sukrosa jenuh kemudian diputar sekali lagi, sehingga diperoleh kristal gula yang bersih.

4.1.4.7 Penyelesaian dan gudang gula
Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dipisahkan antara gula halus, gula kasar, dan gula normal.Gula halus dan kasar dilebur, kemudian dikristalisasi lagi.Gula normal dikirim ke gudang gula dan dikemas dalam karung plastik.

4.2  UPT BPPTK LIPI
4.2.1             Sejarah UPT BPPTK LIPI
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).
UPT BPPTK LIPI di Yogyakarta merupakan satuan kerja yang dibentuk dengan peleburan seperti UPT Bahan Baku dan Olahan Kimia (BBOK) LIPI yang berada di 3 (tiga) lokasi: Lampung, Bandung dan Yogyakarta. Bagian dari UPT BBOK LIPI yang berkedudukan di Lampung merupakan satuan kerja terbesar di antara ketiga satuan kerja di atas. Kegiatan utama dari satuan tersebut adalah pertanian. Kegiatan utama satuan kerja yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, diarahkan pada pengembangan teknologi pengolahan pangan. Sub-satuan kerja yang berada di Bandung merupakan pusat kegiatan administrasi dan beberapa percobaan laboratorium
Pembentukan UPT Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia pada dasarnya merupakan peleburan ketiga sub-satuan kerja dari 3 lokasi dengan penekanan kegiatan yang berbeda dapat menimbulkan dampak. Dampak tersebut perlu segera diantisipasi agar satuan kerja yang baru dapat menjalankan Tugas Pokok dan Fungsinya secara optimal. Tugas pokok UPT BPPTK mengacu pada LIPI yang memiliki tiga tanggung jawab, yaitu:
1.                      kepada dunia ilmu pengetahuan
2.                      kepada masyarakat
3.    kepada pemegang kepentingan (stakeholders)
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor penting dengan penekanan pada pengembangan riset terapan untuk kepentingan masyarakat luas demi meningkatkan kemampuan berkompetisi di era globalisasi dan pasar bebas. Pemantapan organisasi UPT BPPTK LIPI untuk mengemban tanggung jawab tersebut adalah sangat penting dilakukan oleh karena itu disadari perlu adanya sinergisme antar program, antar proyek dan antar kegiatan. Namun demikian program/kegiatan tersebut harus mempunyai fokus yang jelas dan tegas.
UPT BPPTK sebagai salah satu unit eselon III di dalam organisasi LIPI menyusun Rencana Implementatif yang memuat visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan dan arahan program selama 5 tahun ke depan, yaitu tahun 2010 – 2014 untuk mengikuti, merespon dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul baik di dalam maupun di luar negeri yang memerlukan pendekatan holistik dan berjangka panjang.
Lokasi UPT BPPTK LIPI Yogyakarta ada dua yaitu Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berjarak sekitar 31,5 km dari Yogyakarta dan Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
4.2.2             Visi Misi UPT BPPTK LIPI
2.2.2.1 Visi
     VISI LIPI adalah Menjadi lembaga ilmu pengetahuan nasional berkelas dunia yang dapat mendorong terwujutnya kehidupan bangsa yang adil, cerdas, kreatif, integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis.

2.2.2.2 Misi
                     Misi LIPI adalah :
1)      Menciptakan great science dan invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
2)      Mendorong (meningkatkan) pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance yang dapat memantapkan NKRI.
3)      Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan prisip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan
4)      Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional
5)      Memperkuat infrasruktur kelembagaan (Penguatan manajemen dan sistem)
Sesuai dengan misi LIPI maka UPT BPPTK LIPI Yogyakarta mempunyai kegiatan utama yaitu mengimplementasikan hasil-hasil penelitian untuk kesejahteraan masyarakat luas. Untuk mengoperasionalkan rencana ini, UPT BPPTK LIPI Yogyakarta melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
1)      Menumbuhkembangkan budaya iptek serta meningkatkan kemampuan berbasis kompetensi di lingkungan UPT BPPTK LIPI Yogyakarta. Turut berpartisipasi aktif dalam usaha menciptakan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society).
2)      Melaksanakan pengembangan iptek dan implementasi hasil-hasil penelitian bidang proses Pangan, Pakan, Teknologi Kimia dan Lingkungan dengan penekanan pada usaha peningkatan nilai tambah bahan dan produk lokal, melaksanakan layanan jasa iptek untuk menjawab permintaan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
3)      Menjalin kerjasama dengan para stake holders untuk pengembangan produk-produk unggul dengan daya komparatif dan kompetitif dari bahan local.
4)      Mengimplementasikan iptek melalui mekanisme inkubasi Usaha skala Kecil dan Menengah (UKM).
5)      Melaksanakan usaha penguatan institusi melalui pengembangan sumber daya yang terencana dengan memperhatikan perkembangan paradigma, kondisi serta daya dukung lingkungan.
4.2.3             Program-program UPT BPPTK LIPI
4.2.3.1 Program pangan
Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia telah ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan yang dirumuskan sebagai usaha untuk mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu.
Sampai saat ini masih banyak rumah tangga yang belum mampu mewujudkan ketersedian pangan yang cukup terutama dalam hal mutu/tingkat gizi. Dalam hal ini keanekaragaman pangan menjadi salah satu pilar dalam ketahanan pangan. Keanekaragaman sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung peningkatan konsumsi masyarakat menuju pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Berbagai sumber pangan lokal pada beberapa wilayah masih dapat dikembangkan untuk memenuhi keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat pada wilayah yang bersangkutan.
Konsumsi pangan yang beranekaragam diharapkan dapat memenuhi kecukupan gizi seseorang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Namun sekarang ini telah terjadi perubahan dalam pola konsumsi sebagai bagian dari perubahan gaya hidup. Terdapat kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan siap saji dengan kalori tinggi, rendah kandungan seratnya. Adanya ketidakseimbangan dalam pola konsumsi ini telah mendorong timbulnya berbagai masalah kesehatan. Diet tinggi lemak dan tinggi kalori berkaitan erat dengan peningkatan prevalensi obesitas yang sering menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif di antaranya hiperkolesterol dan diabetes mellitus. Kekurangan sumber nutrisi tertentu seperti asam folat dapat juga mengakibatkan cacat bawaan pada bayi dan berbagai penyakit lainnya, selain itu kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia yang mengganggu produktivitas.
Menyikapi hal tersebut, menjadi sangat perlu dilakukan penelitian mengenai makanan sehat untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif tersebut. Dalam hal ini, penelitian pembuatan makanan sehat dilakukan dengan menggunakan bahan pangan lokal. Ketersediaan bahan pangan lokal cukup berkesinambungan sehingga dapat terjaga keberlanjutan produksi makanan sehat yang akan dilakukan.
Produk-produk pangan yang dikembangkan ini berasal dari bahan pangan lokal hasil pertanian diantaranya yaitu umbi-umbian, pangan sumber protein nabati (kacang-kacangan) dan rumput laut. Umbi-umbian merupakan bahan pangan sumber karbohidrat. Makanan sehat yang dibuat dari umbi-umbian, mengandung serat, indeks glikemik yang rendah serta senyawa aktif yang dapat bermanfaat bagi para penderita diabetes mellitus. Kegiatan makanan fungsional untuk penderita diabetes melitus merupakan kegiatan unggulan program pangan yang bersinergi dengan salah satu kegiatan di Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Bahan pangan lainnya yang dikembangkan yaitu kacang-kacangan sebagai sumber protein. Bahan pangan sumber protein dipilih mengingat fungsi protein yang sangat penting bagi tubuh. Dalam pembuatan makanan sehat dari sumber protein nabati ini akan dilakukan optimasi proses, termasuk proses fermentasi, sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai cerna protein dalam tubuh. Dengan demikian diperoleh makanan sehat dengan tingkat kecernaan protein yang tinggi dalam tubuh sehingga dapat memperlancar metabolisme. Untuk meningkatkan nilai gizi bahan pangan perlu diperkaya misalnya dengan zat besi dan folat.

4.2.3.2 Program Tehnologi Kimia dan Lingkungan
Indonesia yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat. Keanekaragaman hayati Indonesia diperkirakan kedua terbesar di dunia setelah Brazil. Dari 250.000 spesies tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat di dunia, 30.000 spesies diantaranya terdapat di Indonesia. Banyak tumbuhan tropika ini telah dimanfaatkan antara lain sebagai biofarmaka. Maka penelitian yang sistematik perlu terus dilakukan untuk mengungkap secara optimal manfaat bahan alam di negara kita. Mengingat manfaat keanekaragaman hayati tersebut sangat beragam bagi manusia seperti sebagai biofuel, biofarmaka, biopestisida dan biofertilizer. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan bahan-bahan dari alam dalam meningkatkan kesehatan yang optimal dan mengatasi berbagai penyakit secara alami, maka senyawa kimia yang jumlahnya sangat melimpah perlu terus diteliti dan digunakan bagi kepentingan rakyat Indonesia. Dengan beragamnya kekayaan alam yang dimiliki Indonesia itu, maka memungkinkan ditemukannya atau diisolasi senyawa kimia baru. Berdasarkan hal itu, sebagai negara yang termasuk negara mega biodiversity maka riset di bidang ini, menjadi salah satu ujung tombak riset di Indonesia.
Beberapa permasalahan global seperti krisis energi, pemanasan global dan krisis pangan, mendorong perkembangan IPTEK yang diaplikasikan untuk mengatasinya. Oleh karena itu, teknologi yang akan dikembangkan dalam Program Teknologi Kimia dan Lingkungan diarahkan untuk menghadapi permasalahan tersebut dengan mengambil tema “Back to Bioproduct through Green Chemistry”. Program Teknologi Kimia dan Lingkungan dilakukan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi berbagai bioproduk dan memperhatikan usaha-usaha dengan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Salah satu strategi yang tepat untuk perlindungan lingkungan dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam adalah dengan menerapkan kebijakan produksi bersih untuk mengolah limbah atau memanfaatkannya agar memiliki nilai tambah bagi kehidupan
Program teknologi kimia dan lingkungan mencakup beberapa kegiatan di antaranya adalah pengembangan energi alternatif ramah lingkungan berbasis biomassa serta pengembangan berbagai sumber energi baru dan terbarukan yang lain. Kegiatan ini merupakan salah satu program prioritas nasional (PN) dan program unggulan di Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI yang bersinergi dengan satu kegiatan di Pusat Penelitan Kimia LIPI. Pengembangan berbasis biomassa dalam hal ini bahan pertanian diarahkan untuk biodegradable films sebagai bahan pengemas. Teknologi lingkungan akan memperhatikan aspek-aspek pengembangan sustainable development dalam mengatasi berbagai masalah lingkungan khususnya pada penanggulangan limbah industri dan pelestarian lingkungan hidup.
Program teknologi kimia dan lingkungan lainnya dirancang untuk membentuk keunggulan melalui pemanfaatan bahan baku lokal dan memanfaatkan senyawa aktif untuk membentuk keunggulan pada produk baru. Produk-produk yang akan dikembangkan terutama yang berbahan baku empon-empon, mengkudu, daun sirih, bunga cranberry, pengembangan minyak atsiri dan bahan alam potensial lain. Produk-produk tersebut diolah secara kimia untuk memanfaatkan senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya. Produk yang mengandung senyawa bioaktif tersebut, sangat bermanfaat bagi industri-industri obat, pangan dan kosmetika. Senyawa bioaktif tersebut telah diketahui mempunyai efek antibacterialantiviralantifungalantioxidant, anticancer dan mempunyai kemampuan aksi-farmakologi yang lain.
4.2.3.3 Program pakan dan Nutrisi Ternak
Kebutuhan produk hasil ternak erat kaitannya dengan tuntutan adanya kualitas produk hasil ternak yang aman dan sehat bagi konsumen. Tingginya kadar kolesterol dan beberapa asam lemak jenuh dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kualitas hasil ternak dengan pendekatan nutrisi (nutritional approach). Untuk menunjang capaian produk pangan asal ternak yang sehat dan aman, perlu perhatian terhadap kuantitas dan kualitas bahan dan produk pakan.
Ketersediaan pakan baik secara kuantitas dan kualitas merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan unggas maupun ruminansia. Kendala utama dalam penyediaan pakan ternak adalah sulitnya bahan baku pakan, kadar zat makanan (nutrient) yang terkandung dalam bahan baku pakan rendah kualitasnya sehingga belum memenuhi kebutuhan nutrisi ternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan rendahnya kualitas bahan pakan adalah dengan pengembangan teknologi pengolahan pakan, peningkatan asupan nutrient melalui pemberian suplemen pakan (feed supplement) dan peningkatan utilitas pakan dengan pemberian aditif pakan (feed additive).Pemberian suplemen dan aditif pakan ditujukan tidak hanya untuk mengejar aspek produktivitas ternak, namun sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk ternak terhadap konsumen.
Tantangan terbesar dalam pengembangan teknologi pengolahan pakan adalah mencakup tiga aspek yaitu peningkatan kualitas pakan, daya simpan dan nilai ekonomisnya. Mengingat sebagian besar bahan baku pakan khususnya pakan ternak ruminansia bersumber dari limbah tanaman pangan dan agroindustri, teknologi yang akan dikembangkan harus mampu mengatasi keterbatasan bahan pakan, seperti kadar serat tinggi, rendahnya protein kasar dan keberadaan senyawa toksik (racun) pada beberapa hijauan. Pengembangan teknologi bahan pakan berserat tinggi ini dilakukan dengan dua pendekatan yakni pengolahan secara mekanik dan pengolahan dengan fermentasi baik an aerob maupun semi aerob untuk mendukung kemudahan aplikasi teknologi di tingkat peternakan rakyat dan industri.
Pendekatan suplementasi pakan juga ditujukan untuk mengatasi kekurangan beberapa unsur zat makanan makro maupun mikro sehingga dicapai suatu keseimbangan (balanced nutrient), sedangkan pemberian aditif pakan berperan dalam aktivasi dan optimasi proses absorpsi zat makanan dalam sistem pencernaan ternak. Melalui pendekatan pengolahan pakan, pemberian suplemen dan aditif tersebut diharapkan optimasi produktivitas ternak dapat meningkatkan efesiensi sekaligus kualitas produk ternak.
Kegiatan penelitian bidang pakan dan nutrisi ternak dikategorikan dalam 2 kegiatan penelitian yaitu pengembangan bioaditive untuk meningkatkan pertumbuhan (growth promotor) dan mendukung sistem kekebalan (immunostimulator) dan modifikasi pakan (modified feed) untuk peningkatan nilai tambah produk ternak yang aman dan sehat. Pembuatan bioaditive dilakukan dengan memanfaatkan peranan bakteri asam laktat dengan kombinasi bahan organik yang mengandung bioaktif yang memiliki aktivitas antimikrobia dan menstimulasi sistem kekebalan tubuh ternak. Produk yang dihasilkan dari aplikasi produk bioaditive yang aman dan kaya akan nutrient esensial diharapkan akan memberikan kontribusi dalam penyediaan bahan pangan hewani sebegai sumber protein utama, aman dan menyehatkan.
Integrasi peternakan dengan bidang pertanian lainnya juga diarahkan pada suatu sistem budidaya peternakan yang ramah lingkungan (zero waste system). Kegiatan ini mencakup pengelolaan limbah pertanian sebagai sumber energi alternatif dan biofertilizer yang nantinya diarahkan tidak hanya sekedar pupuk tunggal namun juga pupuk yang memiliki spesifikasi terhadap tanaman dan bahan penangkal hama dan penyakit tertentu. Fortifikasi pupuk dengan bahan-bahan alam akan diintegrasikan dengan kegiatan program penelitian bahan alam dalam program diseminasi dan implementasi IPTEK.
4.2.3.4Tugas pokok dan fungsi UPT BPPTK LIPI
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (UPT BPPTK).Tugas Pokok UPT BPPTK adalah melaksanakan pengembangan, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia, pangan dan pakan, farmasi dan teknologi lingkungan.Sedangkan fungsi yang diselenggarakan oleh UPT BBPTK LIPI adalah :
1)        Mempersiapkan rencana, memantau, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang proses dan teknologi kimia;
2)        Melakukan kerjasama dengan lembaga penelitian lain, baik di lingkungan LIPI maupun di luar LIPI dalam rangka mengembangkan proses dan teknologi secara kimia yang diperlukan oleh masyarakat
3)        Melakukan uji teknoekonomi dari skala penelitian ke dalam skala pilot plan semua hasil proses dan teknologi kimia
4)        Melakukan pengembangan hasil proses dan teknologi kimia dan memproduksinya untuk kepentingan masyarakat luas
5)        Melakukan pemanfaatan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia yang diperlukan oleh masyarakat dan telah dibuktikan melalui uji coba pemasyarakatannya baik kualitas maupun kuantitasnya
6)        Melakukan pemasyarakatan semua hasil-hasil penelitian bidang kimia
7)        Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga


BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.1.1 Pabrik Gula Madukismo
              5.1.1.1 Sejarah
              Pabrik gula madukismo di bangun pada tanggal 14 juni 1955, pembangunan pabrik ini di tangani oleh kontraktor Machine Pabrik Sangerhausen dari jerman timur,pembangunan pabrik tersebut merupakan hasil kerjasama antara P3G(Panitia pendiri pabrik gula) dengan pemerintah DIY.kemudian di bentuk BP3(Badan pelaksana perusahaan perkebunan) yang akhirnya menjelma menjadi YAKTI(yayasan kredit tani). Hal ini atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang memikrkan agar hasil pendapatan peetani daerah meningkat dan untuk memperluas lapangan kerja.
              5.1.1.2 Proses pembuatan gula
Mekanisme proses pembuatan gula oleh pabrik gula madukismo Yogyakarta adalah :
1)      Pemanenan
2)      Pemerahan Nira
3)      Pemurnian Nira
4)      Penguapan Nira
5)      Kristalisasi gula
6)      Sentrifugasi
7)      Penyelesaian dan gudang gula
5.1.2 UPT BPPTK LIPI
       5.1.2.1 Sejarah
Unit Pelaksana Teknis Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Yogyakarta, disingkat UPT BPPTK LIPI Yogyakarta, dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia nomor 1022/M/2002, tanggal 12 Juni 2002, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Balai Pengembangan Proses dan Teknologi Kimia (BPPTK).


       5.1.2.2 Manfaat UPT BPPTK LIPI bagi masyarakat setempat
Manfaat UPT BPPTK LIPI bagi Masrakat setempat adalah:
1)      Memberikan pelatihan kepada masyarakat yogyakarta dalam mengawetkan makanan khas Yogyakarta  agar bisa di publikasikan ke seluruh Indonesia bahkan ke luar negeri
2)      Melakukan pengembangan hasil proses dan teknologi kimia dan memproduksinya untuk kepentingan masyarakat luas
3)      Melakukan pemanfaatan hasil penelitian di bidang proses dan teknologi kimia yang diperlukan oleh masyarakat dan telah dibuktikan melalui uji coba pemasyarakatannya baik kualitas maupun kuantitasnya
4)      Melakukan pemasyarakatan semua hasil-hasil penelitian bidang kimia       
5.2 SARAN
          Melakukan observasi lapangan berarti mengumpulkan data dari obyek baik berupa instansi ataupun yang lain, dan kemudian hasilnya di publikasikan kepada masrakat, maka dari itu dalam melakukan observasi di harapkan memahami betul dari apa yang di amati atau di teliti, agar nanti mendapatkan data yang akuarat dan berfungsi atau bermanfaat bagi masyarakat luas.